Kegiatan MGMP, 9 Februari 2015 di SMPN 3 Bogor

Ketua Sanggar H. Kuswa Wasja, M.Si. didampingi narasumber DR. Rahmat membuka kegiatan MGMP.

Kegiatan MGMP, 9 Februari 2015 di SMPN 3 Bogor

Serius menyimak pemaparan narasumber.

Kegiatan MGMP, 9 Februari 2015 di SMPN 3 Bogor

Semangat untuk menjadi guru profesional.

Kegiatan MGMP, 9 Februari 2015 di SMPN 3 Bogor

Hujan lebat tak menjadi penghalang untuk mengupgrade kompetensi.

Kegiatan MGMP, 9 Februari 2015 di SMPN 3 Bogor

Motivasi dari narasumber membuat semakin yakin untuk menjadi guru profesional.

3.3.15

Menulis itu Mudah



Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari ternyata banyak yang dapat dijadikan objek berita. Peristiwa tersebut dapat terjadi dengan sendirinya atau tak terduga maupun sesuai dengan rencana atau dapat diprediksi. Berdasar kualifikasinya peristiwa yang dapat dijadikan berita adalah: persitiwa sehari-hari atau biasa, peristiwa besar, dan peristiwa luar biasa (mempunyai news value). Ciri dari peristiwa yang mempunyai nilai berita (news value) bersifat: aktual, informatif, edukatif, re-kreatif, entertain, eklusif, konfirmatif, unik, proporsional, dan berhubungan dengan kepentingan orang banyak.
Untuk lebih memudahkan cara menulis berita silahkan cermati slide berikut:

2.3.15

Sukses Menjadi Guru yang Menyenangkan


TeacherAndStudent1

 Menjadi seorang guru tentunya menjadi tantangan tersendiri, bahkan kita (guru) sering berpikir “Apakah kita termasuk guru ideal bagi murid-murid? Apakah murid-murid selalu mengharapkan kehadiran kita? Seperti apakah guru ideal itu?”
Pada dasarnya tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar ia merupakan medium atau perantara aktif antara siswa dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik ia merupakan medium aktif antara siswa dan haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat, dan dalam mengembangkan pribadi siswa serta mendekatkan mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari pengaruh-pengaruh yang buruk. Dengan demikian seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu pengetahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani.
Setiap orang bisa membuat daftar panjang berisi kriteria-kriteria seorang guru ideal. Tentunya, dengan criteria yang berbeda pula. Akan tetapi menjadi guru ideal (baik, menyenangkan, dikagumi dan dihormati oleh anak didik serta masyarakat sekitar) tidak semudah menulis daftar criteria tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.
Pertama. Berusahalah tampil di depan kelas dengan penuh semangat. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di depan kelas tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.
Kedua. Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda. Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.
Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas. Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.
Keempat. Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emosinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.
Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil.
Keenam. Memiliki rasa malu dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.
Ketujuh. Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj berlalu.”
Kedelapan. Tidak sombong.Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun panggillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa.
Kesembilan. Berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.

1.3.15

Remedial dan Pengayaan dalam Pembelajaran



A.    Kegiatan Remedial

1.      Definisi Remedial
Remedial merupakan suatu bantuan untuk mengatasi kesulitan belajarAda beberapa program yang bisa dijalankan atau dijadikan acuan dalam melakukan pengajaran remedial antara lain dalam bidang berhitung, membaca pemahaman dan menulis.
Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris. Kata ini berakar kata ‘toremedy’ yang bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk pada proses penyembuahan. Remedial merupakan kata sifat. Karena itu dalam bahasa Inggris selalu bersama dengan kata benda, misalnya ‘remedial work’, yaitu pekerjaan penyembuhan, ‘remedial teaching’ – pengajaran penyembuhan. Di Indonesia, istilah ‘remedial’ sering ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda. Mestinya dituliskan menjadi pengajaran remedial, atau kegiatan remedial.

2.      Tujuan Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah sama dengan pembelajaran pada umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remediasi siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya.

3.      Fungsi Remedial
a.       Fungsi korektif, fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
b.      Fungsi pemahaman, dengan pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.
c.       Fungsi penyesuaian, pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar.
d.      Fungsi pengayaan, pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.
e.       Fungsi akselerasi, dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
f.       Fungsi terapeutik, ini berarti bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.

4.      Prosedur Remedial
Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan tidak tercapainya kriteria keberhasilan 80%, maka siswa yang dianggap berhasil.
Setelah guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial, informasi selanjutnya yang harus diketahui guru adalah topik atau materi apa yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. Sebelum merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
b.      Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pembelajaran. Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang harus direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah sebagai berikut;
·         Merumuskan indikator hasil belajar
·         Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
·         Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
·         Merencanakan waktu yang diperlukan
·         Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
c.       Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun,langkah berikutnya adalah melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan remedial dilakukan sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya, semakin besar kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.
d.      Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif.

5.      Strategi dan Teknik Remedial
Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain, (1) pemberian tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya jawab (3) kerja kelompok (4) tutor sebaya (5) menggunakan sumber lain. 
a.       Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian rangkuman baik dilakukan secara individual maupun secara kelompok, pemberian advance organizer dan yang sejenis.
b.      Melakukan Aktivitas Fisik
Ada konsep-konseps yang lebih mudah dipahami lewat aktivitas fisik, misal contoh, memahai bahwa volume fluida tidak berubah kalau berada di dalam wadah yang berbeda bentuknya. Anda sebaiknya menggunakan berbagai media dan alat pembelajaran sehingga dapat mengkonkritkan konsep yang dipelajarinya, selain itu hendaknya Anda banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengunakan media terebut, karena siswa pada umumnya perkembangan berpikir mereka berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan dapat mencerna dengan baik konsep yang divisualisasikan atau dikonkritkan.
c.       Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Yang perlu diperhatikan guru dalam menetapkan kelompok dalam kegiatan remedial adalah dalam menentukan anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
d.      Tutorial Sebaya
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat membantu sekali, karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya lebih dimengerti oleh siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa canggung dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka sama sehingga mudah dimengerti olehnya.
e.       Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru juga dapat menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran.  Atau juga siswa diminta membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
A.   Kegiatan Pengayaan

1.      Definisi Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.

2.      Jenis Kegiatan Pengayaan
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan pendekatan individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan dengan kegiatan remedial. Artinya, kegiatan pengayaan dalam rangka memanfaatkan sisa waktu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat merangsang kreatifitas siswa secara mandiri.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam kaitannya dengan pengayaan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan pengayaan yang dikemukakan oleh Julaeha (2007):
a)      Tutor Sebaya
Selain efektif dalam kegiatan remedial, tutor sebaya juga efektif digunakan dalam kegiatan pengayaan. Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan dijelaskan mereka juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada temannya. Selain itu tutor sebaya juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi.
b)      Mengembangkan Latihan
Siswa kelompok cepat dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan oleh teman-temannya yang lambat. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan, misalnya pada mata pelajaran matematika. Guru juga bisa meminta siswa kelompok cepat untuk membuat soal-soal latihan beserta jawabannya yang akan digunakan dalam kegiatan remedial atau sebagai bahan latihan dalam kegiatan tutor sebaya.
c)      Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Siswa kelompok cepat diberi kesempatan untuk membuat hasil karya berupa model, permainan atau karya tulis yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kelompok lambat.
d)     Melakukan Proyek
Keterlibatan siswa dalam suatu proyek atau mempersiapkan suatu laporan khusus berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari merupakan kegiatan pengayaan yang paling menyenangkan. Kegiatan ini mampu meningkatkan motivasi belajar, kesempatan mengembangkan bakat, dan menambah wawasan baru bagi siswa kelompok cepat.
e)      Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran agar mereka merasa tertantang. Melalui kegiatan ini, mereka akan berusaha untuk memecahkan masalah atau permainan dan mereka juga akan belajar satu sama lain dengan membandingkan strategi/teknik yang mereka gunakan dalam memecahkan permasalahan atau permainan yang diberikan.

3.   Faktor Yang Harus Diperhatikan
a. Faktor Siswa
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda. Hal ini sangat perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan kegiatan pengayaan. Kesesuaian kegiatan pengayaan dengan minat siswa akan memacu siswa untuk lebih berhasil dalam belajarnya. Jika kegiatan yang dipilih tidak sesuai dengan minatnya maka semangat siswa akan melemah dalam mempelajari sesuatu.
b. Faktor Manfaat Edukatif
Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan oleh guru adalah kebermanfaatan kegiatan pengayaan itu sendiri. Jangan sampai kegiatan pengayaan yang dilaksanakan merugikan siswa atau menimbulkan kesulitan bagi siswa dan mengganggu proses perkembangannya. Sebaiknya kegiatan pengayaan yang dilaksanakan benar-benar bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan potensinya. Sehingga bermanfaat dalam menambah pengetahuan, keterampilan, dan nilai/sikap siswa.
c. Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dengan memanfaatkan kelebihan waktu pada saat siswa lain melakukan kegiatan remedial. Jika siswa yang lambat telah menguasai kompetensi sesuai harapan dan kegiatan pembelajaran biasa akan dilaksanakan/dilanjutkan, maka secara terprogram kegiatan pengayaan untuk kelompok siswa cepat harus segera berakhir.
Sementara itu Arikunto (1986), juga dalam Julaeha (2007:9.38) menyebutkan faktor-faktor penting lainnya yang juga harus diperhatikan oleh guru dalam menentukan dan memilih kegiatan pengayaan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
  1. Siswa lebih menyukai kegiatan di luar kelas
  2. Siswa lebih suka beraktivitas dari pada hanya berteori di belakang meja
  3. Kegiatan menemukan sendiri sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa dibanding kegiatan yang sifatnya penjelasan
  4. Kegiatan yang dengan cepat dapat menunjukkan hasil, lebih disukai siswa dari pada kegiatan yang menuntut penggunaan waktu yang relatif lama.