Menjadi
seorang guru tentunya menjadi tantangan tersendiri, bahkan kita (guru)
sering berpikir “Apakah kita termasuk guru ideal bagi murid-murid?
Apakah murid-murid selalu mengharapkan kehadiran kita? Seperti apakah
guru ideal itu?”
Pada
dasarnya tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Sebagai pengajar ia merupakan medium atau perantara aktif antara siswa
dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik ia merupakan medium aktif
antara siswa dan haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat, dan
dalam mengembangkan pribadi siswa serta mendekatkan mereka dengan
pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari
pengaruh-pengaruh yang buruk. Dengan demikian seorang guru wajib
memiliki segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya,
yaitu pengetahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan
rohani.
Setiap
orang bisa membuat daftar panjang berisi kriteria-kriteria seorang guru
ideal. Tentunya, dengan criteria yang berbeda pula. Akan tetapi menjadi
guru ideal (baik, menyenangkan, dikagumi dan dihormati oleh anak didik
serta masyarakat sekitar) tidak semudah menulis daftar criteria
tersebut. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.
Pertama. Berusahalah tampil di depan kelas dengan penuh semangat.
Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika
perlu, ketika berbicara di depan kelas tidak membuka catatan atau buku
pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga
terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan
dari materi yang disampaikan.
Kedua. Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda. Ada
yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang
sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita
memiliki kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki
kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak
didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang
memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin
contoh-contoh itu agak konyol.
Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas.
Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah
atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang
mengajar.
Keempat. Kendalikan emosi.
Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena
perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih
sangat labil emosinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan
budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan
kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya
memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas
akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini
akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran
yang kita berikan.
Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa.
Jangan memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu
saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah
jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan
lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa
malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan.
Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk
menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan
belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita
dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan
anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya,
jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil.
Keenam. Memiliki rasa malu dan rasa takut.
Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat
ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan
perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan
salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap
perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan
dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.
Ketujuh. Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya.
Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi
kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru.
Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan
dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari
instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum
mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak
merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan
gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj
berlalu.”
Kedelapan. Tidak sombong.Tidak
menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri,
baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan
mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan
siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun panggillah
siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan
berlaku kasar pada siswa.
Kesembilan. Berlakulah adil.
Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan
membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang
pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa
yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.
0 comments:
Post a Comment